Katarina Tenun Ikat Ayotupas: Menenun Budaya, Menguatkan Ekonomi di Kota Kupang

Katarina Tenun Ikat Ayotupas, pelaku UMKM asal Kota Kupang, dikenal sebagai salah satu penggerak pelestarian tenun Buna Ayotupas—warisan tekstil tradisional dari Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Melalui usahanya, ia tidak hanya menjaga budaya leluhur tetap hidup, tetapi juga memanfaatkannya sebagai sumber penghidupan dan pemberdayaan ekonomi.

Menjaga Motif dan Teknik Tradisi

Tenun Buna Ayotupas memiliki ciri khas unik: motifnya dibentuk langsung saat proses menenun, bukan setelah kain selesai. Warisan teknik ini Katarina pelajari dari nenek dan ibunya. Motif-motif yang digunakan sarat makna, seperti katak, ayam, udang, dan cicak—semuanya mencerminkan kedekatan masyarakat dengan alam dan kehidupan sehari-hari.
Bagi Katarina, melestarikan motif bukan sekadar urusan estetika. Ia melihatnya sebagai cara mempertahankan identitas dan cerita leluhur agar tidak hilang di tengah arus modernisasi.

Pewarna Alami untuk Keaslian

Dalam beberapa produknya, Katarina Tenun Ikat Ayotupas tetap menggunakan pewarna alami. Proses ini lebih memakan waktu, tetapi menghasilkan warna yang lembut, tahan lama, dan ramah lingkungan. Penggunaan bahan alami tidak hanya menjaga keaslian tenun, tetapi juga menambah nilai jual di pasar yang mulai peduli pada produk berkelanjutan.

Diversifikasi Produk dan Strategi Pasar

Katarina memahami bahwa untuk bertahan di pasar modern, ia perlu berinovasi. Selain kain panjang, ia memproduksi tas, topi, sepatu, gelang, dan gantungan kunci dari tenun. Inovasi ini membuat produknya menjangkau segmen konsumen yang lebih luas—dari kolektor kain tradisional hingga anak muda yang mencari aksesori unik.
Ia menjual produknya di toko sendiri dan menitipkan ke sejumlah gerai oleh-oleh di Kupang. Dengan cara ini, Katarina memperluas jangkauan pasarnya tanpa harus mengandalkan satu saluran penjualan saja.

Harga dan Tantangan

Harga tenun Buna Ayotupas bervariasi, tergantung tingkat kerumitan dan teknik pewarnaan. Produk sederhana bisa dijual dengan harga terjangkau, sementara kain dengan motif kompleks dan pewarna alami bisa mencapai jutaan rupiah.
Tantangan terbesar yang dihadapi adalah pemasaran. Meski tenun Buna memiliki keunikan, masih diperlukan upaya branding, kemasan yang menarik, serta pemasaran digital agar produk bisa bersaing di luar NTT. Katarina juga perlu dukungan dalam hal teknologi pembayaran digital untuk memudahkan transaksi.

Dampak Sosial Ekonomi

Usaha Katarina Tenun Ikat Ayotupas bukan hanya memberi manfaat bagi dirinya sendiri. Dengan melibatkan anggota keluarga dan perajin lokal, ia membantu membuka lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Aktivitas menenun juga memberi peluang bagi perempuan untuk tetap produktif tanpa harus meninggalkan rumah, sehingga mereka dapat menjaga peran di keluarga sekaligus berkontribusi pada ekonomi.
Selain itu, setiap penjualan kain membawa cerita budaya Ayotupas keluar dari kampung halaman—mengenalkan identitas Timor kepada pembeli dari berbagai daerah bahkan mancanegara.

Peluang Pengembangan

Agar usaha seperti milik Katarina dapat berkembang, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan:

  • Penguatan branding: Desain kemasan yang modern tanpa meninggalkan unsur budaya.
  • Pemasaran digital: Pelatihan untuk memanfaatkan media sosial dan e-commerce.
  • Kolaborasi desain: Bekerja sama dengan desainer untuk mengadaptasi motif tradisional ke produk kontemporer.
  • Akses bahan baku berkelanjutan: Memastikan ketersediaan pewarna alami dan benang berkualitas.

Menenun Masa Depan

Kisah Katarina Tenun Ikat Ayotupas membuktikan bahwa pelestarian budaya dan peningkatan ekonomi bisa berjalan seiring. Dengan inovasi, dukungan pasar, dan semangat menjaga warisan leluhur, tenun Buna Ayotupas dapat menjadi simbol kebanggaan daerah sekaligus sumber kesejahteraan bagi generasi berikutnya.